Sistem agroforestri sudah banyak diterapkan di berbagai
wilayah Indonesia, namun sebagian besar masyarakat mungkin masih awam dengan
sistem ini. Umumnya, masyarakat lebih mengenal istilah wanatani jika
dibandingkan dengan agroforestri
Istilah agroforestri berasal dari kata serapan bahasa
inggris yakni agro berarti pertanian dan forestry berarti kehutanan.
Sistem Agroforestri sendiri adalah perpaduan pengelolaan
lahan sebagai solusi konversi lahan dengan menggunakan sistem budidaya tanaman kehutanan, pertanian atau peternakan secara bersamaan.
Sebelum kita membahas lebih lanjut, kamu juga bisa mengetahui profil dari Kenny austin, aktor muda asal Indonesia. Langsung saja yuk kita bahas.
Tujuan Agroforestri
- Meningkatkan produktivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya lahan dan hutan. Hal tersebut dimaksudkan karena agroforestri sangat jelas dapat mengoptimalkan fungsi lahan yang ada dengan ditanami berbagai jenis tanaman mulai dari tanaman kayu dan non-kayu serta peternakan sebagai support keberlangsungan ekosistem.
- Meningkatkan kualitas sumber daya alam terutama tanah dan air. Banyaknya jenis tanaman yang dapat ditanam dalam satu area lahan pertanian atau hutan dapat membantu dalam konversi tanah dan air. Jenis tanaman yang digunakan dapat mendorong kesuburan tanah serta mengikat tanah agar tidak mudah erosi dan menjaga kelangsungan air tanah melalui akar kuatnya.
- Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan hasil tanaman yang berlimpah.
Manfaat Agroforestri
- Pelestarian sumberdaya genetik tanaman hutan. Pada lahan pertanian ataupun hutan yang ditanami dengan menggunakan sistem agroforestri tentu memiliki keunggulan dengan beragamnya jenis tanaman. Kekayaan jenis tanaman tersebut mendorong kehidupan sumber daya genetik sehingga tetap menjaga keutuhan hutan.
- Menjadi habitat untuk satwa liar. Apabila lahan dengan sistem agroforestri sudah tertata rapi dan membentuk vegetasi yang baik, tentu akan menjadi rumah yang nyaman juga untuk para satwa.
- Menjadi solusi untuk konservasi lahan dan air. Hampir sama dengan penjelasan sebelumnya, sistem agroforestri dapat menjaga keseimbangan tanah dan air. Tersedianya konsentrasi bahan organik, C, dan N akan berpengaruh pada biomassa mikroba tanah, termasuk mikoriza yang aktif menyerap dan menyediakan unsur mikro, P, N, Zn, Cu dan S untuk tumbuhan inang. Keadaan tersebut menandakan unsur hara pada lahan agroforestri terjadi secara efisien.
- Menjaga biodiversitas atau keanekaragaman hayati dengan memunculkan dan melestarikan vegetasi yang sudah ada sebelumnya.
- Mengurangi tekanan terhadap tanah sehingga fungsi kawasan hutan tidak terganggu,
- Efisiensi dalam recycling unsur hara melalui pohon,
- Memberikan perlindungan terhadap ekologi daerah hulu atau daerah aliran sungai (DAS),
- Mengurangi aliran permukaan, pencucian hara, dan erosi tanah, serta
- Memperbaiki iklim mikro, mengurangi kenaikan suhu bumi, dan mengurangi evapotranspirasi.
Jenis-Jenis Sistem Agroforestri
1. Pertanaman Sela
Jenis ini memiliki sistem pertanaman campuran antara tanaman
tahunan dengan tanaman semusim yang banyak dijumpai di daerah hutan dan kebun
yang dekat dengan lokasi pemukiman. Pertanaman sela bertujuan untuk
meningkatkan intersepsi dan intensitas penutupan langsung sehingga memperkecil
resiko tererosi.
2. Pertanaman Lorong
Jenis ini merupakan sistem dimana tanaman pagar pengontrol
erosi berupa barisan tanaman yang ditanam rapat mengikuti garis kontur,
sehingga membentuk lorong-lorong dan tanaman semusim berada di antara tanaman
pagar tersebut yang diterapkan di lahan kritis.
3. Talun Hutan Rakyat
Talun merupakan lahan diluar wilayah pemukiman penduduk yang
ditanami tanaman tahunan yang dapat diambil kayu maupun buahnya. Jenis sistem
talun hutan rakyat membutuhkan perawatan intensif dan hanya dibiarkan begitu
saja sampai saatnya panen. Sistem ini bermanfaat dalam hal konservasi melalui
dapat mencegah erosi secara maksimal dan mempunyai fungsi seperti hutan.
4. Kebun Campuran
Sistem ini memiliki tanaman tahunan yang dimanfaatkan
sebagai hasil buah, daun, dan kayunya. Kebun campuran memberikan bantuan dalam
mencegah erosi dengan baik karena kondisi penutupan tanah rapat sehingga
butiran air hujan tidak langsung mengenai permukaan tanah.
5. Pekarangan
Sistem ini merupakan kebun di sekitar rumah dengan berbagai
jenis tanaman baik itu tanaman semusim maupun tanaman tahunan. Contoh tanaman
pekarangan, ubi kayu, sayuran, tanaman buah-buahan, tanaman obat-obatan dan
tanaman lainnya yang bersifat subsisten.
6. Tanaman Pelindung
Sistem ini memiliki tanaman tahunan yang ditanam di
sela-sela tanaman pokok tahunan. Dimana fungsi sistem ini untuk mengurangi
intensitas penyinaran matahari dan dapat melindungi tanaman pokok dari bahaya
erosi terutama ketika tanaman pokok masih muda.
7. Silvipastura
Sistem silvipastura merupakan bentuk lain dari sistem
tumpang sari, tetapi yang ditanam di sela-sela tanaman tahunan bukan tanaman
pangan melainkan tanaman pakan ternak seperti rumput gajah (Pennisetum
purpureum). Dimana sistem ini mempunyai fungsi untuk mengembangkan peternakan
sebagai komoditas unggulan di suatu daerah.
8. Pagar Hidup
Sistem ini merupakan sistem yang memanfaatkan tanaman sebagai pagar untuk melindungi tanaman pokok. Dimana manfaat tanaman pagar untuk melindungi lahan dari bahaya erosi baik erosi air maupun angin.
Demikianlah seputar informasi mengenai sistem Agroforestri.
Sistem ini bisa Kamu jadikan solusi untuk masalah konversi lahan dari hutan
menjadi lahan pertanian, dan juga sekaligus meningkatkan kualitas tanah. Semoga
bermanfaat!
0 Komentar